Dipercaya Masyarakat Suku Lio


Di jagat ini, terdapat berbagai macam tanda atau symbol yang dipercaya mempunyai makna atau arti tertentu. Di setiap wilayah tentu memiliki kepercayaan sendiri – sendiri terhadap tanda atau symbol. Perbedaan letak geografis juga mempengaruhi perbedaan kepercayaan akan tanda atau simbol. Misalnya, penduduk di daerah pegunungan, memiliki kepercayaan yang berbeda dengan penduduk di daerah pesisir pantai.
Begitu juga di wilayah Lio yang melingkupi Kabupaten Ende dan Kabupaten Sikka. Di setiap klan atau sub suku, memiliki kepercayaan sendiri terhadap tanda-tanda atau simbol-simbol yang sampai saat ini masih terus dipegang teguh oleh masyarakat.
Tulisan ini, hanya untuk mengingatkan kembali generasi sekarang. Karena, cepat atau lambat kearifan-kearifan seperti ini akan punah ditelan waktu.
Tanda atau simbol yang dipaparkan ini, hanya sebagian dari sekian banyak tanda atau simbol yang hidup dan berkembang di masyarakat suku Lio. Tanda atau simbol tersebut bisa lewat suara binatang atau benda seperti menggantung sesuatu benda di pohon.

Suara Binatang
1. Manu kako / Ayam berkokok. Ayam berkokok tandanya hari mau siang. Tetapi jika ayam berkokok pada malam hari sekitar pukul 21.00 atau jam 9 malam, pertanda ada peristiwa perselingkuhan (pela kea) di kampung itu. Dan keesokan paginya sudah tersiar kabar perselingkuhan itu. Orang-orang yang berselingkuhpun sudah dapat diketahui pagi itu juga.
2. Lako liru peko/ suara anjing langit. Masyarakat suku Lio percaya ada jenis ajing yang hidupnya dilangit. Binatang ini bersuara pada malam hari, mulai sekitar pukul 20.00 atau jam 8 malam. Suaranya persis suara anjing yang sedang mengusir binatang hutan seperti babi hutan atau yang lainnya (bahasa lio = polu peko). Hanya suaranya sangat kecil, namun bisa didengar oleh siapa saja yang saat itu belum tidur. Jika anjing langit menggonggong (polu peko) pertanda, suanggi sedang mengejar mangsa.
3. Te’U Peku /Suara Tikus Mencicit. Tikus yang mencicit pada malam hari mulai pukul 21.00 atau jam 09.00 dan seterusnya menandakan ada orang yang iri hati dengan orang yang ada di dalam rumah itu. Tikus yang mencicit itu, dianggap sebagai tikus jadi-jadian dari orang yang iri hati, atau menginginkan sesuatu dari keluarga itu.
4. Sisi Sia seru / suara burung srigunting. Jika burung ini berkicau pada pukul 09.00 atau pukul 10.00 pagi pertanda ada suanggi yang sedang mengincar orang yang ada di kampung itu. Dan beberapa hari kemudian, ada orang di kampung itu yang sakit.
5. Lako mua/Anjing melolong, pada siang atau malam hari menandakan akan ada yang sakit atau bahkan meninggal di kampung itu.
Masih banyak tanda-tanda atau simbol melalui suara binatang yang ada di setiap kampung di wilayah Lio.
Yang saya paparkan ini hanya dari apa yang saya ketahui. Tentu masih banyak tanda-tanda dari suara binatang yang dipercaya oleh masyarakat di suku Lio.
Bagi mereka yang mendengar atau mengetahui tanda tanda-tanda seperti yang dipaparkan atau tanda lain yang tidak dipaparkan namun dipercaya, mereka akan menafsirkannya sesuai dan seturut apa yang sudah diwariskan nenek moyang sejak dulu. Dan memang yang mereka percayai itu justru terjadi seperti yang diyakini itu

Benda
1. Ru’U. Ru’U dipercaya dapat mendatangkan bahaya penyakit bagi yang melanggarnya. Ru’U merupakan larangan dari seseorang terhadap kebun atau pohon buah-buahan seperti mangga, jeruk, nangka, pisang, bahkan Lombok. Bagi orang yang mengambil /memetik atau memungut buah-buahan dari pohon yang sudah diberi tanda atau ru’u akan terkena penyakit. Ru’u, berupa tanda yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan atau kulit binatang, digantung pada pohon. Tanda ini memberi peringatan atau larangan kepada siapapun agar tidak boleh mengambil apapun yang ada dipohon itu atau di sekitar pohon tersebut.
Sebelum memasang ru’u atau menggantung tanda pada pohon, diawali dengan pembacaan mantra dengan menyeburkan sirih pinang ke pohon, baru menggantung ru’u.
Ru’u baru diangkat atau diturunkan dari pohon, setelah buah-buahan matang atau siap dipanen. Menurunkan ru’u pun harus dengan penarikan mantra yang telah disembur sebelumnya. Tentu dilakukan oleh yang memasang ru’u.
Jika tanda ru’u itu jatuh, karena angin atau sesuatu hal lainnya, sebelum buah-buahan ranum atau matang, maka orang yang memasang ru’u itulah yang harus dipanggil untuk memasang kembali. Kalau buah-buahan jatuh, maka buah itu tidak boleh diambil.
Ada bermacam-macam ru’u. Yang dipaparkan ini hanya yang saya ketahui.
1. Ru’u konde/bekicot. Ru’u ini dipercaya punya magis yang dapat merusak mata atau terkena penyakit mata bagi orang yang mengambil buah-buahan atau apapun pada pohon atau kebun yang telah diberi tanda / digantung bekicot.
2. Ru’u Ki Wege/ alang-alang digulung. Ru’u ini dipercaya dapat menyebabkan sakit telinga bagian dalam.
3. Ru’u Kembe/cecak dapat terjadi sakit ayan.
4. Ru’u Nabe/TBC.
5. Ru’u Ndeto/ badan gatal-gatal.
6. Ru’u Bue / penyakit kusta.
7. Ru’u Telo / bisul seluruh badan.
8. Ru’u Bopa/ buah pelir menghilang
9. Ru’u Base/ buah pelir membesar
Orang yang terkena ru’u, harus memanggil orang yang tahu penawarnya jika ingin sembuh. Untuk satu jenis ru’u ada berbagai macam inti penawar (atau dalam bahasa lio : ine ru’u bhondo). Kalau seseronga yang terkena ru’u, dan sudah meminta bantuan orang yang tahu inti penawarnya tetapi belum juga sembuh, maka harus dicari orang lain yang juga tahu dengan inti penawarnya yang berbeda.

2. Bo. Bo adalah larangan berupa putusan umum yang berlaku untuk umum. Tujuannya melindungi tumbuh-tumbuhan atau binatang dalam jumlah yang banyak. Upacara bo dilakukan dalam sebuah ritual adat dan dihadiri oleh seluruh masyarakat yang ada di wilayah itu.
Bo dilaksanakan saat tumbuh-tumbuhan dan hasilnya sudah mulai berkurang. Agar tumbuhan dan hasilnya tidak punah, maka dilakukan bo. Orang yang melanggar bo… akan dikenakan denda adat oleh tua adat, berupa seekor babi untuk dimakan bersama.

Saya yakin masih ada tanda-tanda lain yang menjadi kearifan lokal masyarakat kita. Kiranya sangat baik kalau kearifan-kearifan seperti ini dihidupkan kembali.

تعليقات