KELIMUTU ENDE FLORES

Kelimutu (1913)
Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh orang lio Van Such Telen, warga negara Bapak Belanda Mama Lio , tahun 1915. Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu.
Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.
  Taman Nasional Kelimutu(5356,50 ha) ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.679/Kpts-II/1997 tanggal 10 Oktober 1997 terletak 60 km ke arah timur Laut KotaEnde atau terletak di antara 8048'21" - 8048'24" Lintang Selatan (LS)dan 121044'21" - 121050'15" Bujur Timur (BT).di belahan TenggaraPulau Flores. Secara administratif merupakan bagian dari wilayah Kabupaten EndeProvinsi Nusa Tenggara Timur.    Terdapat keindahan alamyang luar biasa berupa fenomena alam yang tidak ada kembarannya di Muka Bumiyakni Tiga Danau Kawah yang selalu berubah warna. Keajaiban alam ini dibangunoleh aktivitas geologi gunung Kelimutu (1.690 m dpl) itu sendiri. Kelimutumemiliki iklim tropis yang relatif stabil dengan curah hujan berkisar antara1.651 s.d. 3.363 mm per tahun dimana musim hujan jatuh pada bulan Desember s.d.Maret dan bulan-bulan terkering terjadi pada bulan Oktober s.d. Nopember. Suhuudara berkisar antara 25,5° - 31° celcius dengan suhu minimum mencapai 11,6°celcius yang terjadi pada bulan Juli - Agustus. Pada musim hujan semua tumbuhanberwarna hijau subur dan pada musim kering terutama pada bulan Oktober danNopember banyak tumbuhan yang meluruhkan daun. Kondisi tanah dan iklim sangatberpengaruh langsung terhadap flora dan fauna yang ada disini. Kawasan TamanNasional Kelimutu terbadi dalam empat (4) zonasi (SK Dirjen PKA No.16/Kpts/DJ-V/2001 yang terdiri dari: 

  1. Zona Inti seluas 350,50ha, vegetasi dominan (Vaccinium varingiaefolium), Cemara Gunung(Casuarinajunghuniana), (Rhododendron renschianum). Satwa dominan burungperkici, babi hutan, ayam hutan.
  2. Zona Rimba seluas4.351,50 ha, vegetasi dominan ampupu (Eucalyptus urophylla), cemara (Casuarinajunghuniana), Ara (Ficus sp). Satwa dominan babi hutan, kera, ayam hutan, burung perkici.
  3. Zona PemanfaatanIntensif seluas 96,50 ha, vegetasi dominan kurusaku, ranga. Satwa dominan ayamhutan , burung perkici.
  4. Zona Rehabilitasi seluas558,50 ha, vegetasi dominan kurusaku, ranga. Satwa dominan ayam hutan, burungperkici.
    Hasil inventarisasi flora pohonoleh BTN Kelimutu dan LIPI (2007-2008) diketahui bahwa terdapat 100 jenis
Tempat Berdiam Arwah Leluhur, Diterima Dengan Kicauan Burung Arwah Cerita tentang legenda Kelimutu sangat melekat di dalam budaya Suku Lio. Keindahan Danau Kelimutu menyimpan segudang cerita mistis. menurut kepercayaan Suku Lio Gunung Kelimutu merupakan tempat berdiamnya roh-rohorang yang sudah meninggal dunia, baik itu para leluhur maupun orang-orang yang meninggal dunia pada jaman ini.
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di puncak Gunung Kelimutu para pengunjung seakan disapa dengan kicauan burung arwah yang bersahutan. Burung endemik ini suaranya sangat merdu. Oleh masyarakat dikenal dengan nama Gerugiwa(Monarcha Sacerdotum). Dikatakan burung arwah karena kemunculannya jarang terjadi atau jarang sekali menampakkan dirinya, hanya pengunjung disuguhkan siulan yang amat merdu.

Salah seorang penjaga Taman Nasional Kelimutu, Benyamin Nuel membenarkan kondisi mistik dari Gunung Kelimutu ini. Ia menceritakan beberapa kejadian sering menimpa para pengunjung di Danau Kelimutu ini.

Menurut dia, cerita tentang para arwah yang mendiami danau bukan isapan jempol belaka. "Kejadian tahun 2010 yang lalu dimana para Tim SAR mau menyelamatkan Vera salah satu korban yang terjatuh  ke danau Tiwu Atapolo (berwarna hijau muda) sempat kesulitan karena mendapat gangguan. Ada suara-suara yang memanggil dari dalam kawah. bunyi-bunyian yang didengar berbagai macam membuat Tim SAR gentar namun pada akhirnya bisa mengevakuasi korban," kisah Benyamin Nuel yang sudah menjadi penjaga keamanan selama dua puluh satu tahun sebagai tenaga kontrak di kawasan Danau ini.

Upacara sesajen memberi makan kepada para leluhur atau arwah kata dia, biasanya dilaksanakan untuk tujuan-tujuan seperti itu. selama kurun waktu 2008-2010 sudah tiga korban yang terjun ke danau, namun cuma satu korban yang bisa dievakuasi yakni Vera warga Bajawa kabupaten Ngada yang terjun ke danau
Tiwu Atapolo (27 Maret 2010) lalu.

Sedangkan Marcel salah satu warga Pemo Kecamatan Kelimutu yang hilang di danau Tiwu Atapolo (2008) dan Nong warga Tenda di danau Koofai Nuamuri semuanya dari Kabupaten Ende hilang tanpa bekas. Disamping itu menurutnya, berbagai gangguan sering terjadi disana. Seperti ketika orang mau bermalam
di sekitar kawasan danau pasti akan mendapatkan gangguan.

Benyamin Nuel lalu menceritakan legenda mistik Kelimutu tempat dimana berdiamnya roh para arwah yang sudah meninggal dunia.

Kepercayaan masyarakat suku Lio kata dia, setiap orang yang sudah meninggal pasti arwahnya tinggal di Kelimutu. Sebelum menuju Kelimutu mereka diharuskan melaporkan diri di Konde Ratu sebagai penjaga pintu masuk atau dikenal dengan Pere Konde. Pere Konde atau pintu masuk tersebut terletak sekitar satu kilometer dari puncak Kelimutu. Setelah itu mereka diarahkan menuju ke tiga danau. Untuk mendiami danau tergantung dari usia. jika masih muda akan ditempatkan di danau Tiwu Koofai Nuwa Muri atau danau warna hijau tua. "Jika sudah tua akan mendiami danau warna hitam atau danau Tiwu ATa Bupu. Sedangkan danau hijau muda atau Tiwu ATaPolo dikhususkan bagi suanggi atau setan-setan. "Warna danau ini selalu berubah-ubah terakhir 21 Februari 2011 warnanya seperti ini," ujarnya. Dan ini diperkuat dengan dibuatnya sebuah acara seremoni adat memberi makan kepada roh leluhur (Pati Ka Dua BApu) di puncak gunung oleh para mosalaki yang mendiami kawasan sekitar Taman Nasional Kelimutu.

Memasuki kawasan KElimutu pengunjung sudah langsung berhadapan dengan dua danau yakni Danau Tiwu Atapolo dan Tiwu Koofai Nua Muri.

Danau Tiwu Atapolo ini menurut catatan luasnya kurang lebih 4 hektar dengan kedalaman air 64 meter serta klasifikasi aktif. Sedangkan Tiwu Koofai Nua Muri luasnya 5,5 hektar dengan kedalaman air 127 meter dan klasifikasi sangat aktif. Hal ini dibuktikan dengan bau belerang yang sangat menyengat. Di kedua danau ini untuk menjaga kaenyamanan di buat pagar pengaman setinggi dada orang dewasa. Cukup terjal kondisi dua danau ini dan bagi yang baru pertama kali kaki serasa bergetar berhadapan dengan kedua danau ini. jika tidak hati-hati para pengunjung akan tergelincir ke kawah dua danau ini.

Diantara kedua danau tersebut (Atapolo dan Koofai Nuwa Muri) tambah dia, dibatasi sebuah dinding tipis. Konon sebelumnya pengunjung bisa melintasi dinding tersebut namun kini sepertinya jika dipandang dari jauh seakan tidak lama lagi kedua danau tersebut tidak akan lama lagi alan bergabung menjadi satu karena telah terjadi patahan di dinding pembatas antara kedua danau sehingga terlihat dindingnya semakin tipis. Di badan jalan dekat seputaran dua kawasan danau tersebut, ada beberapa lopo tempat peristirahatan, sebuah mck yang cukup bersih, juga ada sebuah papan informasi terpajang disana yang menulis tentang keberadaan dan sejarah gunung Kelimutu.  Kurang lebih lima puluh meter dari situ ada bekas landasan heli yang pernah digunakan Wapres Adam Malik saat berkunjung ke Kelimutu yang kini telah dijadikan feeding ground tempat pemberian makan bagi monyet ekor panjang, disampingnya lagi ada sebuah altar persembahan yang digunakan untuk upacara pemberian makan bagi para leluhur melalui ritus adat. Dan dari tempat ini pengunjung harus menaiki 262 tangga untuk mencapai puncak Gunung Kelimutu. Di puncak danau Kelimutu dari ketinggian tersebut kita bisa melihat ketiga danau dengan indahnya.

Para wisatawan terutama dari mancanegara paling suka menikmati keindahan danau Kelimutu saat fajar menyingsing. Dan karenanya mereka biasa tiba di puncak Kelimutu sekitar pukul 4 atau 5 pagi hanya untuk menikmati panorama alam yang sungguh ajaib ini. Dimana sinar mentari menerobos dinding-dinding danau, serta kabut yang mulai buka satu-satu.  Jika hari sial maka para pengunjung akan kecewa karena kabut akan menutup permukaan danau sehingga tidak bisa melihat keindahan danau Kelimutu. Ini juga sebuah kepercayaan jika pengunjung datang dengan maksud tidak baik maka cuma kabut yang mereka lihat. Dia atas puncak juga dijual aneka minuman dan makan ringan dengan termos-termos mereka menawarkan kopi manis pengusir rasa dingin dengan harga terjangkau.

Ada lagi sebuah danau terpisah. Danau Tiwu ATa Bupu yang berwarna hitam. Menurut kepercayaan tempat berdiam para arwah nenek moyang. Luasnya menurut catatan 4,5 hektar dengan kedalaman air 67 meter serta klasifikasi aktif. Sebuah danau yang konon oleh warga setempat bisa turun hingga ke dasarnya, namun kini sudah tidak bisa lagi.

Berada diatas puncak Kelimutu sungguh luar biasa. Sebuah tugu besar dan kokoh didirikan. Kepenatan karena harus meniti anak tangga dibalas dengan istirahat yang nyaman dibawah tugu. Hembusan angin yang terasa, bunti pohon cemara menambah daya mistik merasuk ke sum-sum tulang. Jika dibayangkan seandainya seorang saja yang berada di tengah kesunyian Kelimutu apa yang akan terjadi?

Tentu hasrat untuk kembali akan terpatri mana kala sudah pernah menginjakkan kaki di Bumi Kelimutu. Kicauan Gerugiwa sang burung arwah seakan memanggil. Mari ke Kelimutu ada keindahan dan kedamaian disana.



تعليقات