MATHIAS SENA ( 40 TAHUN MENINGGAL )

Bukan hendak menggugat takdir kepergianmu
Bukan pula bermaksud tidak ikhlas pada suratan-Nya
Tapi hati masih menolak pergimu (sama seperti waktu Vivana Noni meninggalkanku dulu)
Kepergianmu adalah renungan dan pelajaranku
Kenapa pergimu pada saat cita-cita ingin mengadakan Pesta Emas Penikahan
Kenapa ide “surprise” Pesta Emas Pernikahan di tahun ini, justru menjadi ultah terakhirmu
Kini…tak ada lagi nasihat n arahan
Tak ada lagi tempat curhat bila diriku tertekan atau bahkan dipinang di pekerjaan
Cara pandangmu terhadap perempuan berkarya n kesetaraan gender
Dengan tetap berpegang pada nilai agama
Idealisme bahwa bekerja adalah menyenangkan n membawa manfaat buat banyak orang
semoga kuingat n laksanakan selalu
Meski sering aku berbeda pendapat denganmu
Saat memilih sekolah, saat memilih istri, menentukan pekerjaan
Namun aku selalu bisa menentukan pilihanku sendiri, dengan petunjuk n doamu
Juga yang selalu kau ingatkan pada kami, “minta doa pada Tuhan”
Tegarnya dirimu telah banyak teruji sepanjang hidup
“Allah tak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya”
“Harus ada ujian untuk bisa naik kelas”
Saat melepas pergiMu, hanya ada bening air mata di ujung mata yang sengaja kau sembunyikan dariku
Cara mendidik n berkasih sayang kepada anak-anakmu berbeda dengan cara kami, anak-anakmu
Yup.. cara sekarang yang penuh dengan banyak metode n teori
Komentarmu waktu itu, tak harus berkata cinta untuk mengatakan cinta, tak harus mencium untuk membuktikan sayang
Kuakui.. itulah yang menjadikan kami bisa tumbuh lebih mandiri
Ketenangan n senyummu di detik-detik terakhir
Adalah pembuktian bahwa hidup benar-benar harus berniat ibadah kepada Yang Maha
Menebar manfaat buat banyak orang

Rangkaian kalimat ini kutulis dengan paksa, di antara deraian air mata
Tak sanggup lagi kuungkapkan, meski banyak yang kukenang
Selamat jalan Bapak…
SemogaEngkau duduk disebelah kanan Allah Bapak di Surga
Semoga anak-anakmu bisa meneruskan jiwa n semangatmu

تعليقات